Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial. Di tengah meningkatnya sorotan publik tersebut, kinerja saham INRU terpantau melemah sepanjang sepekan terakhir.
Hingga perdagangan Kamis (4/12/2025), harga saham INRU berada di level Rp 680 per saham, turun 4,9% dalam periode satu pekan terakhir. Secara bulanan, saham ini juga mengalami pelemahan 2,86%.
Sebelumnya, manejemen PT Toba Pulp Lestari Tbk membantah tuduhan operasional perusahaan menjadi penyebab bencana ekologi yang terjadi di Sumatera.
Direktur & Sekretaris Perusahaan Toba Pulp Lestari Anwar Lawden menjelaskan seluruh kegiatan Hutan Tanaman Industri (HTI) telah melalui penilaian High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) oleh pihak ketiga.
Anwar menjabarkan dari total areal 167.912 Ha, INRU hanya mengembangkan tanaman eucalyptus sekitar 46.000 Ha dan sisanya dipertahankan sebagai kawasan lindung dan konservasi.
“Kami menghormati penyampaian aspirasi publik, namun mengharapkan informasi yang disampaikan didasarkan pada data yang akurat dan dapat diverifikasi,” tulisnya dalam keterbukaan informasi yang diterbitkan, Senin (1/12/2025).
Berdasarkan audit menyeluruh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Anwar mengatakan, pada 2022–2023 hasilnya menyatakan Toba Pulp Lestari “TAAT” mematuhi seluruh regulasi.
Anwar menegaskan, INRU melakukan operasional pemanenan dan penanaman kembali di dalam konsesi berdasarkan tata ruang, Rencana Kerja Umum dan Rencana Kerja Tahunan yang ditetapkan pemerintah.
“Jarak waktu antara pemanenan dan penanaman hanya berselang paling lama satu bulan, sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam dokumen Amdal,” jelas dia.
Profil dan Pemilik PT Toba Pulp Lestari Tbk
Melansir dari laman resmi perusahaan, PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) merupakan perusahaan yang bergerak di industri pulp dan kertas, khususnya memproduksi bubur kertas berbahan dasar kayu eukaliptus.
Perusahaan ini mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai sumber bahan baku, dengan konsesi mencapai sekitar 167.912 hektare di wilayah Sumatra Utara, meliputi kawasan Aek Nauli, Habinsaran, Tapanuli Selatan, Aek Raja, hingga Tele.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1983 dengan nama PT Inti Indorayon Utama sebelum akhirnya berganti menjadi PT Toba Pulp Lestari pada tahun 2001.
Kemudian, INRU resmi diakusisi oleh Allied Hill Limited (AHL), perusahaan holding investasi yang berbasis di Hongkong pada Juni 2025 lalu. Sebelumnya, kepemilikan saham itu dipegang oleh Pinnacle Company Pte.Ltd sebagai pemegang 92,42% saham INRU.
Seluruh saham AHL dimiliki oleh Everpro Investments Limited, yang sepenuhnya berada di bawah kendali Joseph Oetomo. AHL sendiri merupakan perusahaan yang baru berdiri pada 11 April 2025.