Home | Saved News
(+) Save News



Deretan Saham Legendaris Alami Penguatan, Ini Catatan Analis



Deretan Saham Legendaris Alami Penguatan, Ini Catatan Analis

Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang kerap dijuluki sebagai saham legendaris tercatat menunjukkan tren penguatan dalam beberapa periode terakhir.

Misalnya, saham pertambangan milik Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ditutup pada level Rp 228 per saham pada Rabu (19/11/2025), melonjak 67,65% dalam sebulan terakhir. 

Lalu, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) pun membukukan kenaikan 16,31% secara bulanan ke posisi Rp 820 per saham. Di sisi lain, saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) turut mencatat penguatan 8,17% pada satu bulan terakhir perdagangan menjadi Rp 1.920 per saham.

Adapun saham otomotif PT Astra International Tbk (ASII) juga bergerak positif dengan kenaikan 3,64% dalam sebulan terakhir hingga mencapai level Rp 6.400 per saham.

Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand menilai kebangkitan sejumlah saham legendaris dipicu katalis spesifik masing-masing emiten serta dorongan regulasi, bukan sekadar efek reli pasar secara umum.

Abida menjelaskan lonjakan harga saham BUMI dipicu rampungnya akuisisi 100% saham Wolfram Limited yang memiliki aset tambang emas dan tembaga. Aksi korporasi ini mengubah pandangan bisnis BUMI dari semula pemain batu bara menjadi perusahaan multi-mineral, selaras dengan agenda transisi energi.

Sementara itu, penguatan HMSP didorong oleh stabilitas kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT) tahun 2026. Kebijakan ini memberikan harapan pemulihan margin laba dan volume penjualan setelah tekanan bertahun-tahun akibat kenaikan cukai yang agresif.

Adapun ASII didukung oleh pemulihan pangsa pasar dan strategi transisi mobil listrik (electric vehicle/EV) yang terukur, khususnya fokus pada kendaraan hybrid.

Saham legendaris lain yang kembali menunjukkan penguatan ialah emiten yang mampu mengaitkan bisnisnya dengan narasi transisi energi atau memiliki fundamental dividen yang kuat. Menurut Abida, ADRO masih menjadi fokus investor karena upaya diversifikasi bisnis dan profil dividennya.

Selain itu, saham PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) juga mengalami rebound yang signifikan, didorong oleh sentimen positif dari bisnis hijau atau Energi Baru Terbarukan (EBT). Pola ini menunjukkan adanya kecenderungan di pasar untuk memberikan valuasi premium pada emiten komoditas kelas berat yang menunjukkan komitmen dan strategi mitigasi risiko yang jelas dari bahan bakar fosil murni.  

"Saham-saham ini masih menarik bagi investor, namun bergantung pada profil risiko," kata Abida kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).

Abida menilai BUMI sangat cocok untuk investor bertoleransi risiko tinggi yang berspekulasi pada keberhasilan eksekusi proyek diversifikasi jangka panjang. HMSP menawarkan prospek recovery play yang didukung oleh kepastian regulasi dan efisiensi biaya yang meningkatkan profitabilitas berkelanjutan. 

Sementara itu, ASII merupakan pilihan solid bagi investor yang mengutamakan pertumbuhan fundamental yang stabil dan diversifikasi yang kuat di tengah perubahan struktural industri otomotif.  

Senada, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai bahwa penguatan sejumlah saham legendaris dipicu oleh faktor yang berbeda-beda.

Menurut Ekky, kenaikan harga saham BUMI terutama digerakkan oleh corporate story, mulai dari isu akuisisi Wolfram hingga rencana diversifikasi ke bisnis bauksit–alumina, yang kembali menarik perhatian pasar terhadap emiten ini. 

Sementara itu, pergerakan positif pada HMSP lebih banyak ditopang sentimen stabilnya kebijakan cukai setelah Purbaya ditunjuk sebagai Menteri Keuangan, serta rencana pengetatan pengawasan rokok ilegal yang berpotensi meningkatkan permintaan dan memperbaiki margin. 

Adapun ASII dinilai tidak masuk dalam kategori saham yang baru mengalami reli dalam 1–2 bulan terakhir, sehingga faktor yang memengaruhi penguatannya berbeda.

Selain ketiga saham tersebut, lanjut Ekky, saham-saham telekomunikasi dan perbankan besar juga mulai menunjukkan penguatan dalam beberapa waktu terakhir. 

"Katalis utamanya berasal dari kembalinya minat investor asing yang melihat valuasi blue chip Indonesia sudah sangat murah setelah tertekan cukup lama. Sektor-sektor dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi menjadi tujuan utama arus masuk dana baru ini," ujar Ekky kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).

Proyeksi Saham Legendaris

Abida berpandangan proyeksi keberlanjutan penguatan saham-saham legendaris ini bervariasi. Penguatan ASII dan HMSP dinilai lebih berkelanjutan.

ASII didukung oleh eksekusi strategi EV yang hati-hati dan diversifikasi pendapatan yang stabil, sementara HMSP mendapatkan dukungan penuh dari stabilitas kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang menjamin pemulihan margin hingga tahun 2026. 

Sebaliknya, penguatan BUMI sangat rentan dan didominasi oleh spekulasi dan keberlanjutan momentumnya bergantung pada konversi aset akuisisi menjadi kinerja laba riil.   

Sementara Ekky berpendapat untuk jangka pendek, tren penguatan saham-saham legendaris ini masih bisa berlanjut, terutama selama sentimen domestik stabil dan inflow asing tetap positif.  Namun untuk jangka menengah hingga panjang, keberlanjutannya sangat bergantung pada kinerja emiten masing-masing. 

"Pasar masih menunggu bukti apakah aksi korporasi seperti akuisisi atau diversifikasi bisnis benar-benar mampu memperbaiki kinerja keuangan mereka secara konsisten," tambah Ekky.

Rekomendasi Saham

Abida merekomendasikan buy untuk saham ASII dan HMSP dengan target harga 12 bulan masing-masing di level Rp 7.450 dan Rp 850 per saham. Adapun untuk BUMI, mengingat volatilitas dan dinamika pergerakannya yang tinggi, saham ini lebih tepat diperlakukan untuk investor berpengalaman yang memahami risiko pergerakan jangka pendek.

Ekky menyampaikan dari sisi harga, saham BUMI masih punya ruang kenaikan dalam jangka menengah untuk menguji area sekitar Rp 300, dan tidak menutup kemungkinan lebih tinggi jika sentimen akuisisi berkembang positif. Sementara HMSP memiliki potensi menuju area Rp 1.000 dalam jangka menengah, terutama jika perbaikan fundamental yang diharapkan benar-benar terealisasi.





Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS