Home | Saved News
(+) Save News



Harga Minyak Mentah Memanas, Simak Prospeknya Tahun Depan



Harga Minyak Mentah Memanas, Simak Prospeknya Tahun Depan

Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas minyak terus mendaki hingga perdagangan Kamis sore (12/12). Berdasarkan data Trading Economics, Kamis (12/12) pukul 16:42 wib, harga minyak WTI menanjak 0,27% dalam sehari ke level US$ 70,473 per barel. Sedangkan dalam sepekan harga minyak tercatat melonjak 4,86%.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan harga minyak mentah naik akibat potensi pemberlakuan sanksi lebih ketat oleh Amerika Serikat (AS) kepada minyak mentah Rusia. Akibat sanksi ini diperkirakan akan mempersempit pasokan minyak global. 

"Laporan mingguan EIA pada hari Rabu pun menunjukkan bahwa stok minyak mentah mengalami penurunan lebih besar dari perkiraan," kata Sutopo kepada KONTAN, Kamis (12/12). 

Selain itu, Sutopo bilang, pemerintahan Joe Biden tengah mempertimbangkan penerapan sanksi baru yang lebih berat terhadap minyak mentah Rusia. Hal ini makin berpotensi memperketat kondisi pasar minyak dunia.

Langkah stimulus China juga menjadi faktor penguatan komoditas ini. Seperti diketahu bahwa China merupakan importir minyak terbesar, dan Negeri Tirai Bambu itu mengumumkan akan menerapkan strategi pelonggaran kebijakan moneter tahun depan.

China juga berjanji untuk lebih proaktif terhadap kebijakan fiskal. Menurut Sutopo, hal ini kuat menandakan pelonggaran lebih lanjut di masa mendatang.

Di sisi lain, minyak mentah mendapat dukungan setelah OPEC+ menunda kenaikan produksi minyak mentahnya dan kecepatan produksi akan lebih lambat dari yang direncanakan. 

Padahal OPEC+ sebelumnya telah sepakat untuk memulihkan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari dalam angsuran bulanan antara Januari dan akhir 2025. Namun, kini hal itu diundur hingga September 2026 meskipun produksi minyak mentah OPEC bulan November naik 120.000 barel per hari menjadi 27,02 juta barel per hari.

Tidak hanya dari OPEC+, Uni Emirat Arab (UEA) pun disinyalir bakal menunda rencana peningkatan produksi minyak mentahnya sebesar 300.000 barel per hari dari Januari hingga April. 

Ke depannya, harga minyak dunia masih akan dibayangi konflik dan ketidakpastian geopolitik. Sentimen dari pertumbuhan atau perlambatan ekonomi di negara-negara ekonomi utama akan berdampak signifikan pada permintaan minyak. Sebab pertumbuhan ekonomi yang kuat biasanya meningkatkan permintaan, sementara perlambatan dapat menguranginya. 

Pun ketidakstabilan politik di wilayah-wilayah penghasil minyak utama, seperti Timur Tengah, dapat mengganggu pasokan dan menyebabkan volatilitas harga. 

Selain itu, karena minyak diperdagangkan secara global dalam dolar AS maka fluktuasi nilai dolar dapat memengaruhi harga minyak. Dolar yang terus menguat akan membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan. 

"Perubahan tingkat produksi, tingkat konsumsi, dan tingkat persediaan akan memengaruhi harga. Misalnya, peningkatan produksi atau penurunan permintaan dapat menyebabkan harga yang lebih rendah," kata Sutopo. 

Berdasarkan analisa tersebut, Sutopo memproyeksikan harga minyak WTI masih akan berada di sekitar US$ 70,69 per barel pada tahun depan. 




Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS