Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten properti nasional masih menunjukkan ketangguhan di tengah perlambatan pasar. Hingga akhir kuartal III 2025, sejumlah pengembang besar berhasil mencatatkan pertumbuhan laba, meski sebagian lainnya masih harus menghadapi tekanan pendapatan.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan laba bersih Rp 1,62 triliun pada kuartal III 2025, naik 26,99% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penjualan CTRA juga tumbuh 17,91% menjadi Rp 8,39 triliun.
Capaian serupa juga diraih PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang membukukan laba bersih Rp 1,72 triliun, naik 3,85% secara tahunan.
Sementara itu, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) membukukan pendapatan Rp 3,09 triliun atau naik 48% YoY, dengan laba yang melesat 62% menjadi Rp 791,3 miliar.
Namun, tidak semua emiten menikmati kinerja positif. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencatatkan penurunan pendapatan usaha 12,95% YoY menjadi Rp 8,76 triliun, dengan laba bersih yang terkoreksi hampir separuh ke Rp 1,36 triliun.
PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) juga mengalami pelemahan pendapatan menjadi Rp 1,13 triliun dari Rp 1,30 triliun pada tahun lalu, dengan laba bersih turun ke Rp 232,45 miliar.
Menariknya, tren penjualan prapenjualan atau marketing sales justru menunjukkan arah sebaliknya. CTRA mencatat marketing sales Rp 7,6 triliun hingga September 2025, turun 12% YoY, dan menurunkan target tahunannya menjadi Rp 10 triliun.
PWON juga mengalami penurunan marketing sales 20% YoY menjadi Rp 903 miliar. PANI menurunkan targetnya dari Rp 5,3 triliun menjadi Rp 4,3 triliun, dengan realisasi Rp 1,98 triliun per kuartal III.
Sebaliknya, BSDE dan MTLA menunjukkan perbaikan tipis. BSDE mencatat marketing sales Rp 7,10 triliun, naik 4% YoY, sementara MTLA tumbuh 4% menjadi Rp 1,34 triliun.
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, menjelaskan bahwa perbedaan arah antara laba dan marketing sales ini mencerminkan fase proyek masing-masing emiten.
CTRA, PANI, dan PWON saat ini tengah menikmati hasil dari proyek yang memasuki tahap serah terima atau handover sesuai PSAK 72, sehingga laba mereka naik signifikan.
“Ketiganya sedang berada dalam fase harvesting, di mana laba yang diakui merupakan hasil dari penjualan beberapa kuartal sebelumnya,” jelas Abida kepada Kontan, Rabu (5/11).
PWON tetap stabil berkat kontribusi kuat dari segmen pendapatan berulang seperti pusat perbelanjaan, sewa kantor, dan hotel. Sementara lonjakan laba PANI dipicu monetisasi proyek besar seperti PIK 2 dan konsolidasi pendapatan anak usaha.
Di sisi lain, BSDE dan MTLA sedang berada dalam fase pra-serah terima, sehingga meski marketing sales meningkat, pengakuan pendapatannya masih tertunda. “Banyak penjualan kuat tahun ini masih tercatat sebagai deferred revenue, sehingga belum terefleksi dalam laba bersih,” tambah Abida.
Memasuki akhir 2025, Abida memperkirakan kinerja sektor properti akan tetap bergerak campuran. Emiten dengan proyek siap serah akan mencatat pertumbuhan laba, sedangkan pengembang yang masih dalam tahap pembangunan berpotensi menghadapi tekanan.
Namun, pada 2026, sektor ini diperkirakan mulai pulih merata seiring pengakuan pendapatan tertunda dari pra-penjualan 2024–2025 serta meningkatnya aktivitas serah terima unit.
Abida menilai, aktivitas akuisisi lahan oleh pengembang besar seperti BSDE dan CTRA menjadi sinyal positif atas kesiapan memasuki siklus pertumbuhan baru di 2026–2027.
Dukungan juga datang dari perpanjangan insentif PPN DTP hingga 2027 yang menjaga minat pasar rumah primer, serta ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke kisaran 3,75% pada 2026 yang berpotensi menurunkan suku bunga KPR.
Meski demikian, tantangan masih ada, mulai dari potensi stagnasi daya beli, risiko keterlambatan proyek, hingga tekanan margin akibat kenaikan biaya konstruksi.
Sektor perkantoran juga masih menghadapi kelebihan pasokan, meski dampaknya terbatas bagi emiten yang fokus di segmen residensial.
Untuk saat ini, Abida merekomendasikan buy untuk sejumlah saham properti unggulan, yakni BSDE dengan target harga Rp 1.450 per saham, CTRA Rp 1.600, PWON Rp 640, dan SMRA Rp 800 per saham.