Reporter: Rashif Usman | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tercatat ramai melakukan aksi korporasi berupa perubahan pemegang saham pengendali di penghujung tahun 2025. Aksi ini menjadi sorotan pelaku pasar karena umumnya diikuti dengan perubahan strategi bisnis, efisiensi operasional, hingga potensi masuknya modal segar dari investor baru.
Dari sektor sawit, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatat adanya pergantian pengendali setelah Grup Sampoerna Strategic melego seluruh sahamnya di perusahaan tersebut senilai Rp 9,4 triliun.
Melalui Twinwood Family Holdings Limited, Grup Sampoerna melepas seluruh 1,19 miliar saham SGRO setara 65,72% kepemilikan kepada AGPA Pte. Ltd., entitas anak POSCO International Corporation (POSCO International) asal Korea Selatan. Transaksi ini menandai keluarnya Grup Sampoerna dari bisnis sawit SGRO dan masuknya POSCO sebagai pengendali baru.
PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) juga melaporkan pergantian pengendali setelah PT Olive Power Invest mengakuisisi 1.290.157.112 saham OLIV milik Hendro Jap dan Hieo Mie Tien. Proses pengambilalihan tersebut melalui penyelesaian Akuisisi Tahap Kedua oleh pihak pembeli telah tuntas dan dinyatakan selesai (crossing/closing) pada 25 November 2025.
Lalu, PT Buana Artha Anugerah Tbk (STAR) melaporkan terjadinya perubahan pengendali. Pada 20 November 2025, berlangsung transaksi di pasar negosiasi di mana PT Kencana Selaras Sejahtera melepas kepemilikannya di STAR kepada Calculus Investment Pte. Ltd. Saham yang dilepas mencapai 1.544.925.000 lembar setara 32,19% kepemilikan dengan harga transaksi Rp 88 per saham.
PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) juga mengalami pergantian pengendali setelah PT Vina Nauli Jordania pemegang saham mayoritas sekaligus pengendali sebelumnya merampungkan penjualan 313.250.000 saham miliknya. Jumlah tersebut setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Saham tersebut dilepas kepada Lim Shrimp Org Pte. Ltd. (LSO), perusahaan berbasis di Singapura yang bergerak di sektor akuakultur.
PT PIMSF Pulogadung resmi menguasai 45,45% saham PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO). Setelah proses akuisisi tuntas, PIMSF Pulogadung menjadi pengendali baru GPSO. Sebagai pengendali anyar, PIMSF Pulogadung akan melakukan penawaran tender wajib alias mandatory tender offer (MTO) sebanyak 363,70 juta saham atau setara dengan 54,55%.
Prospek Emiten yang Mengganti Pengendali
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand mengatakan prospek jangka panjang emiten pasca perubahan pengendali sangat bervariasi, dipengaruhi kualitas sinergi dan risiko eksekusi strategi baru.
Menurut Abida, SGRO memiliki prospek terkuat karena diakuisisi oleh POSCO International, menjanjikan integrasi vertikal global yang meningkatkan stabilitas dan efisiensi, didukung oleh fundamental yang sudah solid.
Sebaliknya, emiten seperti SMKM menghadapi risiko tertinggi karena transformasi radikal dari konstruksi ke akuakultur, di mana prospeknya bergantung pada keberhasilan suntikan modal melalui Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) dan eksekusi teknologi baru.
Sementara itu, prospek STAR, OLIV dan GPSO masih spekulatif dan sepenuhnya bergantung pada kejelasan strategi bisnis definitif yang akan dijalankan oleh pengendali baru.
"Dampak langsung perubahan pengendali adalah lonjakan harga jangka pendek yang didorong oleh ekspektasi perbaikan kinerja dan sentimen spekulatif pasar, sering kali memicu abnormal return dan bahkan menyentuh auto rejection atas (ARA) seperti yang terjadi pada SGRO pasca-transaksi negosiasi jumbo," kata Abida kepada Kontan, Senin (1/12/2025).
Mekanisme penting lain ialah Mandatory Tender Offer (MTO), yang dapat menciptakan price floor (harga dasar) yang terjamin, contohnya pada SGRO, di mana harga akuisisi Rp 7.903 per saham menjadi harga MTO wajib yang menawarkan potensi premium 7,52% bagi investor publik. Namun, emiten yang membutuhkan PMHMETD, seperti SMKM juga berisiko mengalami dilusi saham primer yang mengurangi persentase kepemilikan investor yang sudah ada meskipun dana digunakan untuk ekspansi produktif.
"Investor disarankan untuk memisahkan strategi berdasarkan horison waktu dan profil risiko," tambah Abida.
Selain itu, investor fundamentalis harus fokus pada prospek usaha yang baik, menghindari saham yang fundamentalnya kurang kuat atau masuk dalam papan pemantauan khusus, dan berhati-hati terhadap harga yang hanya didorong oleh spekulasi. Adapun, trader dan investor jangka pendek dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga dan volume yang terjadi pasca-pengumuman.
Kalau Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan menerangkan, umumnya perubahan pemegang saham pengendali menjadi katalis positif untuk harga saham dalam jangka pendek. Pasalnya, aksi ini umumnya terjadi ketika ada strategi bisnis baru dan harapan perbaikan kinerja, kebutuhan restrukturisasi, atau upaya memperbaiki tata kelola perusahaan.
"Investor baru sering membawa modal segar, jaringan bisnis yang lebih luas, hingga efisiensi operasional yang sebelumnya tidak optimal," ucap Ekky kepada KONTAN, Senin (1/12/2025).
Dengan masuknya pemegang saham baru di emiten seperti SGRO, OLIV, STAR, SMKM, dan GPSO, pasar menilai ada peluang transformasi yang dapat memperkuat prospek fundamental dalam beberapa tahun ke depan mulai dari perbaikan struktur modal, ekspansi vertikal, hingga restrukturisasi bisnis.
Dari sisi harga saham, perubahan pengendali biasanya memang membuat pergerakan menjadi lebih volatil di awal karena respons spekulatif pasar. Namun setelah euforia awal mereda, arah saham akan sangat bergantung pada seberapa cepat manajemen baru menunjukkan aksi nyata. Misalnya sinergi bisnis, peningkatan profitabilitas, atau perbaikan corporate governance.
Jika langkah-langkah tersebut terealisasi, harga saham cenderung bergerak lebih stabil dalam tren positif. Sebaliknya, jika perkembangan setelah pergantian pengendali stagnan, pasar cepat kehilangan minat.
"Bagi investor, sentimen perubahan pengendali ini memang menarik, tetapi tetap perlu dicermati dengan hati-hati. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah rekam jejak pemilik baru, visi bisnis dan strategi ekspansinya, kondisi fundamental terakhir emiten, serta rencana aksi korporasi lanjutan seperti rights issue, restrukturisasi utang, atau diversifikasi usaha," ujar Ekky.
Selain itu, investor sebaiknya memperhatikan likuiditas saham karena beberapa emiten dengan kapitalisasi kecil seringkali lebih sensitif terhadap aksi spekulatif, sehingga risiko volatilitasnya lebih tinggi.
Rekomendasi Saham
Abida memberikan rekomendasi buy untuk saham SGRO karena didukung fundamental solid dan kepastian harga MTO sebesar Rp 7.903 per saham. Emiten lain, seperti SMKM, dikategorikan sebagai speculative buy karena prospeknya sangat bergantung pada keberhasilan transformasi radikalnya menjadi perusahaan akuakultur, sebuah rencana yang membutuhkan pembiayaan dan memiliki risiko eksekusi tinggi.
Sementara itu, Abida menyarankan wait and see saham STAR, OLIV, dan GPSO untuk sementara waktu hingga terdapat klarifikasi strategi bisnis yang konkret dari pengendali baru.