Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) menargetkan nilai kontrak baru Rp 2,6 triliun pada tahun 2026.
Direktur Utama Waskita Beton Precast, Anak Agung Gede Sumadi mengatakan, target itu berasal dari sektor precast, redeeming, konstruksi, dan juga penyiapan alat berat.
Untuk mengejar target tersebut, anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) itu menyiapkan sejumlah strategi.
Pertama, melakukan pendekatan dan mengikuti beberapa tender proyek pemerintah dan swasta.
“Saat ini, komposisi nilai kontrak yang kita peroleh itu hampir 65% ada di luar internal Grup Waskita,” ujarnya dalam Public Expose WSBP, Rabu (10/12/2025).
Sebagai gambaran, WSBP meraih nilai kontrak baru Rp 1,36 triliun per November 2025. Hingga November 2025, WSBP mengelola Rp 2,12 triliun kontrak dari seluruh segmen bisnis.
Kedua, membuat organisasi lebih ramping (lean), sehingga lebih kompetitif dalam melakukan persaingan. Ketiga, meningkatkan kualitas produk dan kerja untuk memberikan daya saing di antara kompetitor.
“Yang terpenting, kami mengupayakan tata kelola bisnis bisa lebih prudent dari berbagai dasar regulasi dan prosedur selama ini,” ungkapnya.
Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan Legal WSBP, Fathul Anwar menambahkan, perseroan akan membukukan pendapatan pada akhir tahun buku 2025 ini kurang lebih sebesar Rp 1,5 triliun.
Di akhir September 2025, pendapatan usaha WSBP sebesar Rp 1,33 triliun. Pendapatan ini turun 12,45% secara tahunan dari Rp 1,33 trilun per kuartal III 2024.
Sementara, untuk kinerja bottom line dan ekuitas, Anwar menuturkan bawa WSBP masih akan membukukan kinerja negatif sampai dengan akhir tahun 2025 dan tahun 2026.
Pada akhir September 2025, WSBP masih mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 324,21 miliar. Sebenarnya, realisasi ini turun dari rugi bersih tahun berjalan Rp 640,65 miliar di akhir September 2024.
“Untuk tahun depan, kami menargetkan pendapatan meningkat menjadi Rp 2,1 triliun. Posisi laba bersih dan ekuitas masih akan negatif di 2026,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Di sisi lain, WSBP juga terus berfokus melakukan restrukturisasi utang. Sepanjang tahun ini, perseroan telah merealisasikan pembayaran kewajiban melalui skema cash flow available for debt services (CFADS) sebanyak enam tahap dengan total nilai sekitar Rp 542 miliar kepada seluruh kreditur.
Lalu, WSBP sudah merampungkan obligasi wajib konversi (OWK) dengan total nilai Rp 1,85 triliun. Terkait konversi utang vendor menjadi ekuitas, WSBP sudah melakukan konversi sebesar Rp 1,5 triliun dari total Rp 1,85 triliun.
“Sehingga menyisakan sebesar Rp 167 miliar yang masih dalam proses,” ungkap Anwar.
WSBP juga menetapkan strategi jangka panjang 2026–2030 yang berfokus pada penyelesaian restrukturisasi melalui penuntasan homologasi Tranche B, peningkatan profitabilitas operasional, serta penguatan fundamental keuangan.
Fandy Dewanto, Kepala Divisi Corporate Secretary WSBP mengatakan, strategi ini dijalankan dengan mendorong peningkatan kemenangan tender proyek BUMN, pemerintah, dan swasta, menurunkan beban operasional melalui rasionalisasi dan digitalisasi, serta membangun rantai pasok yang lebih efisien untuk mendukung produksi.
Kemudian, melakukan divestasi aset guna meningkatkan likuiditas, serta mengoptimalkan aset idle menjadi sumber pendapatan baru.
Di sisi keuangan, perusahaan menerapkan manajemen likuiditas yang prudent melalui pengelolaan piutang dan utang usaha yang optimal, memperkuat kapabilitas sumber daya manusia, serta meningkatkan tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan guna memastikan keberlanjutan kinerja jangka panjang.
“WSBP turut mendukung program pembangunan pemerintah melalui keterlibatan aktif dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC),” tuturnya dalam kesempatan yang sama.