Home | Saved News
(+) Save News



Produksi Batubara Berpotensi Turun di 2026, Begini Strategi Bukit Asam (PTBA)



Produksi Batubara Berpotensi Turun di 2026, Begini Strategi Bukit Asam (PTBA)

Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi penurunan produksi batubara nasional menjadi perhatian tersendiri bagi emiten produsen batubara, tak terkecuali PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID ini menyiapkan strategi antisipasi terhadap pasar batubara yang kemungkinan masih akan menantang pada 2026.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya (ESDM) memberi sinyal akan menurunkan target produksi batubara nasional pada 2026.

Produksi komoditas andalan ekspor tersebut diperkirakan bakal berada di bawah 700 juta ton seiring tren pelemahan permintaan global dan perlambatan capaian produksi tahun ini.

Corporate Secretary Division Head PTBA Eko Prayitno mengatakan, secara umum penurunan target produksi batubara nasional oleh pemerintah sejalan dengan upaya untuk menjaga keseimbangan pasar serta mengantisipasi tren transisi energi.

Kebijakan ini juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya konservasi cadangan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, PTBA sebagai salah satu produsen batubara terbesar di Indonesia selalu berupaya untuk patuh dan mendukung kebijakan pemerintah.

 

“Kami akan menyesuaikan rencana produksinya dengan mempertimbangkan alokasi Domestic Market Obligation (DMO) serta peluang ekspor,” ujar dia kepada Kontan, Sabtu (15/11/2025).

Dia tidak menyebut proyeksi produksi batubara PTBA pada 2026 nanti. Namun, proyeksi tersebut pada dasarnya sangat bergantung dengan kebijakan alokasi kuota produksi dari pemerintah serta dinamika pasar global.

PTBA pun selalu mengedepankan efisiensi biaya dan optimasi operasional untuk mencapai target yang ditetapkan serta menjaga profitabilitas di tengah tantangan pasar. 

Secara teknis, Eko bilang bahwa proyeksi spesifik untuk 2026 akan ditentukan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan yang disetujui.

“Setelah mendapatkan persetujuan, PTBA akan menyampaikan informasi tersebut secara transparan kepada publik sesuai ketentuan pasar modal yang berlaku,” imbuh dia.

 

Potensi berkurangnya target produksi batubara nasional di atas kertas bisa mempengaruhi besaran belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan batubara.

Namun, PTBA menyebut bahwa keputusan untuk mengurangi atau menambah investasi pembelian peralatan tambang baru tidak hanya didasari oleh volume produksi satu tahun, melainkan pada rencana jangka panjang perusahaan. 

“Setiap keputusan capex akan tetap melalui evaluasi kelayakan yang menyeluruh untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan operasional,” kata Eko.

Dia melanjutkan, PTBA memiliki strategi multipilar untuk mengantisipasi potensi penurunan produksi dan fluktuasi harga batubara.

Di antaranya adalah optimasi biaya, peningkatan efisiensi operasional, serta perencanaan penambangan yang lebih selektif untuk menjaga harga pokok produksi (HPP) tetap kompetitif.

Selain itu, PTBA juga terus mengembangkan infrastruktur dan rantai pasok logistik agar biaya angkutan lebih efisien.

PTBA sendiri memperkirakan harga batubara termal masih akan bergerak volatil pada 2026. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca, faktor makroekonomi dan geopolitik, serta dinamika transisi energi global.

“Potensi perbaikan harga di 2026 tetap ada apabila terjadi lonjakan permintaan dari negara-negara yang masih mengandalkan batubara atau jika terjadi kendala pasokan dari produsen utama,” tandas dia.

Kembali mengutip berita sebelumnya, Manajemen PTBA menargetkan volume produksi batubara sebanyak 50,05 juta ton pada 2025, sedangkan volume penjualan dan volume angkutan masing-masing sebesar 50,09 juta ton dan 43,25 juta ton.

Hingga kuartal III-2025, volume produksi batubara PTBA meningkat 9% year on year (yoy) menjadi 35,90 juta ton. Pada periode yang sama, volume penjualan batubara PTBA tumbuh 8% yoy menjadi 33,70 juta ton.





Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS