Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar kripto kembali rebound setelah terpuruk akibat koreksi terdalam bulan lalu. Kondisi ini bisa menjadi sinyal lanjutan tren bullish atau hanya sekadar pantulan. Pun ruang pemulihan aset kripto masih tampak terbatas karena pasar masih dibayangi volatilitas tinggi dan minimnya katalis kuat.
Secara angka, Bitcoin (BTC) saat ini bergerak ke level di atas US$ 90.000, setelah sempat hampir terlempar dari area US$ 80.000 pada bulan November lalu. Koreksi ini menjadi salah satu yang terburuk tahun ini, yang mana aset BTC turun sekitar 17% dalam sebulan dan sekitar 30% dari puncak di sekitar US$ 126.000.
Selain itu, Ethereum (ETH) berada di kisaran US$3.100-an dan ikut memantul dari tekanan beberapa waktu sebelumnya.
Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menyebut, dari pola siklus, apa yang terjadi sekarang ini lebih mirip koreksi siklus setelah all-time high daripada runtuhnya struktur jangka panjang.
Di siklus-siklus sebelumnya, setelah mencetak rekor harga, Bitcoin berkali-kali mengalami penurunan 30%–50% sebelum melanjutkan tren naik yang lebih panjang. Ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed di 2026 pun kembali mengangkat minat terhadap aset berisiko seperti kripto
“Beberapa riset bahkan menyebutkan adanya tanda-tanda akumulasi baru oleh pelaku jangka panjang setelah harga tertekan,” ujar Fyqieh kepada Kontan, Jumat (5/12/2025).
Menurut Fyqieh, dalam 1–3 bulan ke depan, skenario yang masuk akal adalah fase konsolidasi lebar, yakni harga BTC bisa bolak-balik di kisaran kira-kira US$ 80.000 – US$ 100.000, dengan reli dan koreksi tajam silih berganti.
“Selama BTC masih mampu bertahan di atas zona support kuat sekitar US$ 80.000 dan tidak ada arus keluar besar-besaran dari ETF maupun pasar stablecoin, rebound ini cenderung menjadi bagian dari tren naik yang lebih panjang, bukan sekadar pantulan sesaat,” lanjutnya.
Meski begitu aset kripto masih volatile. Melansir CoinMarketcap pukul 17.06 WIB, secara harian sejumlah aset kripto tampak merugi. Misalnya Bitcoin (BTC) turun 2,39% dalam 24 jam terakhir menjadi US$ 91.292, kemudian ETH menurun 2,02% menjadi US$ 3.136,89, XRP pun menurun 5,07% menjadi US$ 2,06, serta BNB memerah 2,09% menjadi US$ 892,76.
Menurut Fyqieh, penurunan harian seperti itu untuk aset kripto sebenarnya masih dalam kategori volatilitas wajar, terutama setelah beberapa hari sebelumnya menguat.
Artinya, ini lebih terlihat sebagai noise jangka pendek di dalam tren yang lebih besar, bukan sesuatu yang otomatis mengubah arah jangka panjang.
Sementara itu, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir, menyampaikan bahwa tren pemulihan harga aset kripto beberapa hari terakhir ini tidak didukung oleh katalis yang kuat, sehingga diperkirakan pemulihannya tidak berkelanjutan.
“Saya perkirakan ini hanyalah koreksi sementara. Sehingga, ada baiknya untuk lebih waspada dan mengamati potensi pergerakan harga dalam waktu dekat ini,” ujar Chris.
Dicermati Chris, sentimen utama penggerak kripto hanya dari sisi potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan juga adanya pembelian Repurchase Agreement (Repo) temporer oleh The Fed yang tujuannya untuk menambahkan likuiditas ke sektor perbankan dan keuangan, yang dianggap dapat memberikan likuiditas tambahan ke aset kripto.
Namun, faktanya aset kripto justru sering dijadikan aset yang terakhir untuk mendapatkan likuiditas dikarenakan tingginya volatilitas dan juga risiko.
Chris memproyeksi pasar kripto pada awal tahun 2026 masih akan cenderung tertekan dan volatile, sehingga dia merekomendasikan investor untuk trading jangka pendek terlebih dahulu dikarenakan volatilitas yang masih tidak menentu dengan minimnya katalis yang dapat mengangkat harga.
Sedang Fyqieh, melihat proyeksi pasar kripto pada awal 2026 akan cenderung bullish. Pertama, secara level harga, BTC masih di sekitar US$ 90.000 dan ETH di sekitar US$ 3.000 dengan total market cap kripto sekitar US$ 3 triliun.
Ini artinya, meski sudah terjadi koreksi cukup dalam sepanjang 2025, pasar belum masuk musim dingin versi ekstrem, kapitalisasi masih tinggi dan likuiditas masih ada.
“Februari dan Maret akan menjadi pasar bullish lagi, berdasarkan kombinasi indikator makro. Namun, semua ini tetap skenario, bukan kepastian,” jelas Fyqieh.
Karena itu yang paling penting bagi investor awal 2026 adalah memantau beberapa indikator kunci, mulai dari kebijakan The Fed, arus masuk/keluar ETF dan produk kripto institusional, pergerakan market cap stablecoin, serta indikator siklus seperti Fear & Greed Index dan total market cap kripto.
Dengan sejumlah sentimen dan katalis pendorong, Fyqieh pun melihat ruang kenaikan awal 2026 secara kasar bisa di kisaran US$ 100.000 – US$ 130.000 untuk BTC. Sedang ETH diperkirakan bergerak di rentang US$ 3.800 – US$ 4.500.
Sementara Christopher memproyeksi harga BTC pada awal tahun 2026 akan cenderung melemah, dan bahkan terhenti di kisaran US$ 75.000.