Reporter: Yuliana Hema | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah penantian sejak lama, PT Super Bank Indonesia Tbk alias Superbank akhir mengumumkan jadwal penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO).
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan pada Selasa (25/11), calon emiten dengan kode saham SUPA ini menawarkan 4,4 miliar saham. Ini setara dengan 13% dari modal ditempatkan dan disetor pasca IPO.
Harga yang ditawarkan dalam IPO ini berada dalam kisaran Rp 525 hingga Rp 695 per saham. Jika tercapai harga atas, bukan tidak mungkin Superbank bisa memperoleh dana segar hingga Rp 3,06 triliun.
Rencananya 70% dari dana hasil IPO setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka penyaluran kredit oleh Superbank. Sisanya akan dialokasikan sebagai belanja modal.
Adapun penggunaan belanja modal ini akan diserap secara bertahap mulai 2026 hingga lima tahun depan untuk pengembang produk, pengembangan teknologi dan infrastruktur.
Masa penawaran awal alias bookbuilding berlangsung pada 25 November–1 Desember 2025. Jika tidak ada aral melintang, masa penawaran umum perdana saham akan dilakukan pada 10–15 Desember 2025.
Senior Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Haikal Putra menghitung dengan kisaran harga IPO di rentang Rp 525–Rp 695, maka kapitalisasi pasar SUPA berada di kisaran Rp 17 triliun–Rp 23 triliun.
“Dengan kisaran Rp 17 triliun sampai Rp 23 triliun, ini tergolong tinggi, mengingat mayoritas kapitalisasi pasar bank digital di bawah level tersebut,” jelasnya dalam paparan, Selasa (25/11).
Ambil contoh, kapitalisasi pasar PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang mencapai Rp 5,59 triliun. Kemudian ada PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang kapitalisasi pasarnya hanya Rp 5,26 triliun.
Haikal mencemati dari sisi penggunaan dananya, di mana mayoritas akan digunakan untuk penyaluran kredit diharapkan dapat mendorong tingkat pertumbuhan kredit Superbank.
Hingga kuartal III-2025, total penyaluran kredit Superbank telah mencapai Rp 9,04 triliun atau tumbuh 84% secara tahunan. Sejalan dengan itu, total aset SUPA mencapai Rp 16,5 triliun atau meningkat 70% secara tahunan.
“Bisa dieskeptasi, kalau telah IPO nanti dan dana berhasil terkumpul, penyaluran kredit Superbank ada potensi pertumbuhan,” ucapnya.
Pengamat Pasar Modal Hendra Wardana bilang IPO ini sekaligus teknologi. IPO ini sekaligus menjadi tahap lanjutan bagi Superbank untuk keluar dari fase investasi awal menuju fase pertumbuhan yang lebih agresif.
“Terutama setelah beberapa tahun terakhir fokus pada pembangunan infrastruktur digital, peningkatan jumlah pengguna, dan penyempurnaan model bisnis,” kata dia.
Katalis positif bagi saham Grup Emtek
Hendra menilai PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) menjadi pihak yang paling diuntungkan karena memiliki posisi langsung sebagai induk pemegang saham Superbank.
“Kenaikan valuasi Superbank pasca-IPO akan memperkuat nilai investasi EMTK sekaligus membuka potensi monetisasi di masa depan,” ucapnya.
Menurut Hendra, keberhasilan IPO Superbank menunjukkan bahwa strategi transformasi Emtek dari grup media tradisional menuju konglomerasi digital dan finansial berada di jalur yang tepat.
Tak hanya itu, kata Hendra, SCMA juga mencuri perhatian karena menjadi bagian dari ekosistem Grup Emtek yang akan menerima limpahan manfaat tidak langsung dari penguatan jaringan digital grup.
Di sisi lain, Haikal mencermati pembagian dividen interim oleh EMTK dan SCMA seakan menjadi amunisi tambahan bagi pemegang saham untuk berpartisipasi dalam IPO SUPA.
Ini mengingat jadwal pembayaran dividen interim EMTK dan SCMA berdekatan dengan jadwal masa penawaran umum SUPA. Di mana, dividen interim EMTK akan dibayarkan pada 11 Desember 2025, dan SCMA di 9 Desember 2025.
Sementara jika tidak ada aral melintang masa penawaran umum perdana saham SUPA akan berlangsung pada 10–15 Desember 2025 dengan tanggal pencatatan saham pada 17 Desember 2025.
“Kurang lebih jadwal IPO Superbank sama dengan pembagian dividen interim EMTK dan SCMA. Dana dividen interim tersebut bisa dipergunakan untuk IPO,” ucap Haikal.
Menurutnya, aksi korporasi oleh Superbank ini bisa meningkatkan likuiditas saham-saham yang tergabung dalam Grup Emtek. Khususnya, EMTK, SCMA dan BUKA.