Back To Home

Sentimen Pilpres Hingga Inflasi AS Menekan Nilai Tukar Rupiah di Pekan Ini



Sentimen Pilpres Hingga Inflasi AS Menekan Nilai Tukar Rupiah di Pekan Ini

Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Rupiah diterpa banyak sentimen mulai dari mundurnya Joe Biden hingga antisipasi data inflasi AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (26/7), rupiah spot ditutup pada posisi Rp 16.301 per dolar AS, melemah 0,67% secara mingguan atau week to week (WtW) dari posisi akhir pekan lalu Rp 16.191 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia juga melemah 0,58% WtW ke level Rp 16.294 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu Rp 16.199 per dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah harus rela melemah dalam dua pekan secara beruntun. Guncangan rupiah karena sentimen dari dalam dan luar negeri.

Dari domestik, rupiah tertekan akibat lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang kembali mencatat penurunan bunga meski nilai penerbitan naik tajam. Animo investor menyusut dalam perburuan SRBI, meski bunga diskonto diberikan lebih rendah.

Sementara dari luar negeri, tekanan bagi rupiah sudah dirasakan sejak awal pekan. Hal itu seiring kabar pengunduran diri Joe Biden dari kontestasi Pilpres November mendatang yang membuat dolar menguat.

Terlebih lagi, sikap hati-hati investor global yang tengah menyoroti soal prospek suku bunga The Fed. Investor sedang mempertimbangkan data terbaru pekan ini, salah satunya Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika kuartal kedua yang tumbuh 2,8% dari 1,4% pada kuartal pertama 2024.

Nanang menyoroti bahwa angka inflasi PCE Amerika yang akan dipublikasikan malam ini turut memengaruhi kehati-hatian investor. Bila ekspektasi naik dan disertai aktualisasinya pada data inflasi AS tersebut, maka memberi dorongan bagi dolar untuk menguat.

“Terlebih lagi pekan depan serangkaian sentimen penting tersaji, di antaranya rapat Bank of Japan (BOJ) dan The Fed, serta data ketenagakerjaan Amerika,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, pelemahan rupiah pekan ini didorong oleh berbagai sentimen global dan juga permintaan dolar AS.  Perkembangan PDB AS, serta tren penurunan harga nikel, menjadi pendorong pelemahan rupiah dari sisi sentimen global.

Sementara itu, permintaan musiman dolar AS di pasar domestik di akhir bulan diperkirakan menjadi faktor utama lainnya yang mendorong depresiasi rupiah. Akibatnya rupiah cenderung bergerak melemah sepanjang pekan ini, terutama dalam dua hari terakhir.

“Ini sejalan dengan kekhawatiran terkait neraca transaksi berjalan Indonesia, serta permintaan dolar AS dalam negeri,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Menurut Josua, rupiah berpotensi menguat di pekan depan pasca rilis pengumuman FOMC. Bank Permata memperkirakan the Fed akan mulai berikan sinyal pemotongan suku bunga pada pertemuan minggu depan.

Secara teknikal, Nanang melihat, rupiah terancam untuk kembali berada di atas Rp 16.300 per dolar AS di pekan depan. Proyeksi itu seiring dengan sikap investor yang akan mengantisipasi pertemuan Fed.

Bank sentral AS tersebut hampir dipastikan tidak mengubah suku bunga acuan pada 5,50%. Tetapi pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell sangat dinanti investor guna mengetahui sejauh mana proyeksi pemangkasan bunga akan terjadi.

Selain itu, hampir dipastikan BOJ akan menaikkan suku bunga guna meredam pelemahan nilai tukar yen Jepang. Yen cukup agresif pekan ini karena carry trade.

Di samping itu, angka tenaga kerja AS juga tidak luput dari perhatian karena akan menjadi acuan soal suku bunga di September mendatang. Bila data kembali melambat, maka semakin kuat sinyal pemangkasan, dan tinggal melihat berapa besaran persentase pemangkasan tersebut.

Nanang memproyeksi pekan depan rupiah akan berada pada rentang Rp 16.200 per dolar AS–Rp 16.400 per dolar AS. Sedangkan, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.175 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS di pekan depan.





Source Berita

© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS