Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen baja yang berada di bawah BPI Danantara, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) siap melanjutkan transformasi guna meningkatkan kinerja keuangan maupun operasional pada 2026 mendatang.
Seperti yang diketahui, KRAS membukukan volume penjualan baja secara konsolidasi sebesar 0,74 juta ton per kuartal III-2025 atau tumbuh 38% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 0,54 juta ton.
Dari sisi keuangan, pendapatan KRAS meningkat 7% yoy menjadi US$ 706 juta per kuartal III-2025, dari sebelumnya US$ 657,5 juta. KRAS juga meraih laba bersih periode berjalan sebesar US$ 24 juta per kuartal III-2025, berbalik dari posisi rugi bersih US$ 187 juta pada periode sebelumnya.
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Krakatau Steel Daniel Fitzgerald Liman menyampaikan, pihaknya telah menjalani proses restrukturisasi yang kemudian berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Dalam hal ini, KRAS memperoleh persetujuan dari beberapa kreditur untuk mempercepat penyelesaian sebagian utang restrukturisasi dan memperoleh sejumlah keringanan. Alhasil, KRAS mampu membukukan laba haircut atau laba atas penyelesaian kewajiban dipercepat dengan keringanan atas utang restrukturisasi sebesar US$ 157 juta per kuartal III-2025. Capaian tersebut akhirnya mempengaruhi kinerja bottom line KRAS.
Daniel juga menyebut, setelah restrukturisasi dilakukan, bunga utang KRAS berhasil dipangkas menjadi hanya 1%. Selain itu, berkat program haircut, total utang KRAS berkurang dari sebelumnya US$ 1,7 miliar menjadi US$ 1,1 miliar.
“Beban keuangan per tahunnya juga akan turun sekitar US$ 50 juta, sehingga ini menjadi suatu fundamental baru bagi Krakatau Steel yang bisa memperbaiki kinerjanya sejak 2020,” ungkap dia dalam paparan publik, Selasa (25/11/2025).
Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan menambahkan, setelah berhasil melaksanakan program restrukturisasi utang, KRAS akan fokus pada penguatan tiga pilar utama. Di antaranya adalah membangun bisnis inti baja yang berkelanjutan, memperkuat hilirisasi produk baja, serta pengembangan kawasan industri terintegrasi.
Terkait pilar pertama, KRAS berusaha memperkuat lini produksi baja utama yaitu Hot Strip Mills (HSM) dan Cold Rolling Mills (CRM). Harapannya, KRAS dapat mentransformasikan kedua produk ini agar menjadi lebih efisien, kompetitif, dan profitable.
Pilar kedua, KRAS akan memperkuat dan memodernisasi industri hilir baja nasional. Melalui subholding Krakatau Baja Konstruksi, KRAS akan mengoptimalkan bisnis hilirisasi baja yang tidak hanya berperan sebagai pemasok bahan baku, melainkan juga meningkatkan nilai tambah produk tersebut.
Dalam pengembangan produk hilir ini, KRAS juga membuka peluang kerja sama dengan pihak ketiga yang diharapkan dapat mendongkrak kapasitas pasokan baja dan membantu pemenuhan kebutuhan baja domestik. “Selain itu, kami menjajaki inovasi bisnis ke segmen spesial steel untuk mendukung industri pertahanan dan alutsista nasional,” tutur dia.
Pilar ketiga, KRAS akan melanjutkan pengembangan kawasan industri terintegrasi untuk memastikan ketersediaan fasilitas penunjang yang optimal. Melalui subholding Krakatau Sarana Infrastruktur, emiten ini siap mengambil peran sentral sebagai katalisator mempercepat masuknya investor baru dan mitra strategis demi mendorong pertumbuhan industri nasional.
Penguatan tiga pilar utama ini tentu sejalan dengan agenda transformasi menyeluruh yang dilakukan oleh KRAS. “Tujuannya agar perusahaan tidak hanya keluar dari tekanan finansial, melainkan juga tumbuh sebagai perusahaan yang kompetitif, berkelanjutan, dan mampu mendukung pembangunan nasional,” kata Akbar.
Secara terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, restrukturisasi jelas membuat beban bunga KRAS mengalami penurunan, struktur keuangan lebih sehat, dan operasional lebih efisien.
Namun, perlu diingat kembali bahwa industri baja termasuk sektor yang siklikal. Alhasil, prospek KRAS pada 2026 masih tetap bergantung pada permintaan baja dari sektor konstruksi, termasuk proyek IKN Nusantara dan proyek infrastruktur lainnya, hingga perkembangan impor baja dari China.
“Kalau permintaan lokal naik dan pemerintah makin ketat soal safeguard impor, KRAS masih punya peluang tumbuh walau tidak agresif,” jelas dia, Selasa (25/11/2025).
Wafi menambahkan, dukungan dari Danantara akan menjadi katalis penting bagi KRAS. Selain memberi modal, Danantara juga bisa berperan dalam mendorong penguatan tata kelola, akses terhadap proyek BUMN, serta membantu pengembangan hilirisasi baja. Dampaknya, KRAS dapat lebih ekspansif namun tetap terkendali dari sisi capital expenditure (capex) dan risiko finansial.
Lantas, Wafi merekomendasikan hold saham KRAS dengan target harga di level Rp 400 per saham.