Home | Saved News
(+) Save News



Smelter Tembaga Belum Beroperasi Penuh, Kinerja AMMN Diprediksi Masih Rawan Tertekan



Smelter Tembaga Belum Beroperasi Penuh, Kinerja AMMN Diprediksi Masih Rawan Tertekan

Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) masih rawan tertekan seiring proses commisioning smelter tembaga yang belum mencapai tahap operasi penuh.

Sebagaimana diketahui, AMMN mengalami rugi bersih sebesar US$ 175 juta per kuartal III-2025, atau berbanding terbalik dengan hasil per kuartal III-2024 di mana mereka meraih laba bersih US$ 720 juta. Penjualan bersih AMMN juga tergerus 78% year on year (yoy) menjadi US$ 545 juta per kuartal III-2025.

Sebelumnya, Manajemen AMMN menyebut bahwa smelter sempat berhenti beroperasi sementara pada Juli-Agustus 2025 untuk perbaikan di unit Flash Converting Furnace dan Sulfuric Acid Plant. Dengan skala pekerjaan yang besar, proses perbaikan diperkirakan akan berlangsung hingga paru pertama 2026.

Analis Fundamental BRI Sekuritas Abida Massi Armand mengatakan, prospek kinerja AMMN pada sisa kuartal IV-2025 dan kuartal I-2026 diproyeksikan akan tetap rentan dan tertekan. Sebab, perbaikan smelter baru akan selesai pada semester pertama tahun depan. 

“Selama periode ini, kinerja operasional dan keuangan AMMN akan sangat terhambat, sehingga sulit mencapai peningkatan laba yang berarti pada akhir 2025,” ujar dia, Selasa (2/12).

Abida juga menyoroti pelemahan harga saham AMMN yang mencapai 21,24% year to date (ytd) ke level Rp 6.675 per saham hingga Selasa (2/12). Hal ini memang mencerminkan respons pasar terhadap kerugian bersih dan risiko eksekusi proyek smelter AMMN yang tertunda.

Di tengah proyek smelter yang tertunda, AMMN melalui anak usahanya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) mendapat rekomendasi relaksasi ekspor konsentrat tembaga 480.000 metrik ton kering dari Kementerian ESDM. Rekomendasi ini berlaku selama enam bulan mulai dari 31 Oktober 2025.

Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, relaksasi ekspor akan membantu arus kas bagi AMMN dalam jangka pendek, namun tidak cukup untuk memulihkan kinerja bottom line secara cepat. 

Lagi pula, meski dapat menambah pendapatan bagi AMMN, ekspor konsentrat tembaga memiliki margin yang jauh lebih kecil dibandingkan produk hasil smelter yang punya nilai tambah. “Dampaknya lebih kepada pengurangan tekanan rugi, bukan langsung balik meraih profit,” kata dia, Selasa (2/12).

Oleh karena itu, Manajemen AMMN mesti memastikan proses perbaikan smelter benar-benar sesuai dengan jadwal. Selain itu, AMMN harus disiplin menjaga biaya pengeluaran, mengoptimalkan penjualan konsentrat selama memperoleh relaksasi, serta memastikan pendanaan capital expenditure (capex) tetap solid tanpa menambah leverage berlebih.

Senada, Abida menyebut AMMN mesti fokus pada penguatan disiplin operasional dan komunikasi manajemen proyek. Dalam hal ini, AMMN perlu meningkatkan keunggulan operasional dan menjaga efisiensi biaya secara ketat untuk meminimalkan cash burn selama periode kerugian. Manajemen AMMN juga harus memperkuat eksekusi proyek smelter dan memastikan penyelesaian perbaikan sesuai target paruh pertama 2026. 

Saham AMMN dinilai Abida masih sangat layak dipertimbangkan oleh investor dengan perspektif jangka panjang. Target harga konsensus analis menunjukkan potensi upside yang terbatas dengan target di level Rp 6.875.

Di lain pihak, Wafi menyarankan hold saham AMMN dengan target harga di level Rp 7.000 per saham.





Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS