Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fintech peer to peer (P2P) lending berhasil mencatat pertumbuhan laba sebanyak 66,15% pada kuartal III-2024 meski sebelumnya sempat merugi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba industri fintech lending tumbuh menjadi Rp 806,05 miliar pada kuartal III-2024. Padahal sektor industri ini sempat mengalami kerugian dengan nilai sebesar Rp 135,57 miliar pada kuartal I-2024.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik Djafar menilai, pertumbuhan kinerja ini sejalan dengan semakin banyaknya pengguna fintech lending. Sehingga penyaluran pinjaman jadi semakin deras.
"Sebagian masyarakat sudah mulai mengerti dalam membedakan pinjol ilegal. Jadi ada pengalihan sebagian nasabah dari pinjol ilegal ke pinjol yang berizin," kata Entjik kepada Kontan, Minggu (1/12).
Kendati demikian, AFPI mengakui bahwa data peminjam yang mereka miliki angkanya masih relatif kecil. Hal ini dikarenakan credit scoring cost untuk untuk peminjam baru butuh biaya yang sangat besar jika dibandingkan dengan peminjam yang sudah ada.
"Jika kita paksakan akan mengakibatkan industri menjadi kembali minus," ujarnya.
Mengenai hal ini, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menilai, segmen akar rumput usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus menjadi fokus perusahaan.
VP of Public Relations Amartha, Harumi Supit menjelaskan, segmen tersebut masih memiliki kebutuhan besar akan layanan keuangan yang belum sepenuhnya terpenuhi.
"Hal ini membuka banyak peluang untuk pertumbuhan dan kolaborasi guna memajukan segmen ini," ujarnya kepada Kontan, Jumat (29/11).
Sampai saat ini, Amartha mengklaim telah mencetak laba selama tiga tahun berturut-turut. Harumi bilang, pencapaian ini didukung oleh penerapan tata kelola perusahaan yang maksimal. Seperti pada penerapan sistem risk profiling yang ketat serta pendekatan inovatif yang menggabungkan teknologi terbaru.
Pada awal Oktober 2024, Amartha telah mencatatkan penyaluran akses permodalan lebih dari Rp 5 triliun. Nilai itu meningkat signifikan, jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 3 triliun.
Secara kumulatif, Amartha telah menyalurkan pembiayaan produktif lebih dari Rp 23 triliun kepada lebih dari 2,5 juta UMKM di Indonesia.
Ke depannya, Amartha berkomitmen untuk terus menjaga kepercayaan motra ultra-mikro seiring dengan meningkatkan layanan keuagan digital yang telah perusahaan bangun.
"Strategi ini diharapkan bisa memberikan layanan yang semakin baik dan manfaat yang lebi berkelanjutan bagi UMKM akar rumput," tuturnya.
Selain itu, PT Akselerasi Usaha Indonesia (Akseleran) menyampaikan telah mencetak laba dari periode Januari hingga Oktober 2024.
Menurut Group CEO & Co Founder Akseleran, Ivan Nikolas, pertumbuhan laba ini disebabkan oleh keputusan perusahaan yang memangkas operational expense (opex) sampai dengan 40% dibandingkan tahun lalu.
"Sedangkan pendapatan meningkat hampir 10%, sehingga kami bisa mencetak laba di tahun ini," kata Ivan kepada Kontan, Jumat (29/11).
Ivan menilai bisnis fintech lending masih dapat menguntungkan ke depannya. Ia juga berharap OJK dapat mengeluarkan aturan baru soal peningkatan jumlah maksimal pinjaman per penerima khusus untuk pinjaman produktif.
"Hal tersebut bisa membuat kami melayani pelaku usaha menengah secara lebih dalam lagi. Sedangkan di sisi profitabilitas kami juga bisa membaik," ujarnya.
Adapun sampai dengan September 2024, penyaluran pinjaman Akseleran sudah mencapai sebesar Rp 2,25 triliun.