Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending mencatatkan kinerja positif hingga November 2024. Hal ini tercermin dari Non Performing Financing (NPF) gross atau rasio pembiayaan macet yang masih berada dalam kondisi aman dan penyaluran pembiayaan yang bertumbuh.
Salah satunya, PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran. Group CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan menyebutkan pihaknya telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp 2,7 triliun hingga November 2024. Angka tersebut naik 10% secara year on year (YoY) atau jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Ivan mengatakan, Akseleran menargetkan penyaluran pinjaman bisa mencapai sekitar Rp 3,1 triliun hingga akhir tahun, atau naik sekitar 10% dari tahun lalu.
“Kami optimis target tersebut dapat tercapai, mengingat Akseleran terus melakukan penetrasi ke lebih banyak penerima pinjaman, termasuk melalui channel partnership dan direct sales. Jadi kami nilai penyaluran pinjaman akan terus meningkat,” kata Ivan kepada Kontan, Senin (9/12).
Sementara itu, untuk besaran NPF Akseleran hingga November 2024, Ivan menyebutkan masih dalam kondisi aman yakni sebesar 0,2%. Angka ini stabil jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Adapun strategi yang dilakukan Akseleran agar NPF terus berada dalam kondisi aman. Diantaranya dengan melakukan asesmen pinjaman secara prudent. Selanjutnya, Akseleran juga melakukan joint account.
“Tapi sebelumnya kami cek credit history nya. Ini yabg membuat kami bisa memitigasi risiko kredit dengan baik secara konsisten,” kata Ivan.
Sedangkan strategi untuk mendukung pertumbuhan dan kinerja Akseleran, Ivan bilang, pihaknya terus melakukan penetrasi yang lebih dalam baik untuk channel direct sales, maupun dengan bekerja sama dengan berbagai platform digital dan non digital untuk memberikan supply chain financing.
PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha juga mencatatkan kinerja positif hingga November 2024. Perusahaan fintech ini telah menyalurkan permodalan lebih dari Rp 23 triliun kepada lebih dari 2,7 juta UMKM di Indonesia. Angka ini tumbuh 5% secara year on year (YoY).
VP Public Relations Amartha, Harumi Supit mengatakan, pertumbuhan tersebut didorong oleh perusahaan yang senantiasa menjaga kualitas pinjaman melalui penggunaan teknologi risk-profiling berbasis Artificial Intelligence (AI).
“Kemudian, kami juga melakukan intervensi berupa pendampingan usaha oleh 9.000 lebih tenaga lapangan yang tersebar di seluruh wilayah operasional Amartha,” kata Harumi saat dihubungi Kontan, Senin (9/12).
Ia mengatakan, kombinasi teknologi AI dan pendampingan oleh tenaga lapangan, terbukti menjaga kualitas portofolio Amartha dengan angka NPL yang stabil di kisaran 2% hingga November 2024. “Dengan begitu NPL kami masih dalam kondisi aman dan stabil,” ungkapnya.
Adapun tingkat keberhasilan pengembalian kredit selama 90 hari dalam platform atau TKB90 Amartha hingga November 2024, juga masih dalam kondisi aman, yang mencapai 97,29%.
Artinya, tingkat ketidakberhasilan pengembalian kredit atau wanprestasi selama 90 hari dalam platform sebesar 2,71%, yang mana masih di bawah batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 5%.
Lebih jauh lagi, ia menyebutkan strategi yang akan dilakukan Amartha untuk menjaga tingkat kredit macet agar tetap rendah diantaranya yaitu, dengan mengandalkan pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan para mitra, terutama perempuan di pedesaan, guna menciptakan sistem tanggung renteng yang efektif.
Menurut Harumi, hal tersebut memungkinkan para ibu-ibu di pedesaan saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain, tidak hanya dalam mengelola keuangan, tetapi juga dalam menjaga kelancaran pembayaran pinjaman.
“Jadi untuk bayar, kami bangunnya tuh peer pressure, jadi di mana Amartha membentuk social collateral, kami bikin jaminan kelompok. Kelompoknya nanti ibu-ibu, mereka yang saling tanggung renteng satu sama lain," imbuhnya.
Harumi menilai, sisitem tersebut relevan dengan segmen ibu-ibu di pedesaan karena mereka tinggal berdekatan dan memiliki hubungan sosial yang kuat. Dengan cara ini, diharapkan komunitas yang dibangun tidak hanya menjadi fondasi kelancaran pinjaman, tetapi juga menciptakan kepercayaan di antara para mitra.
“Nantinya mereka juga akan membantu screening, siapa yang bisa bergabung dengan Amartha," ujarnya.
strategi Akseleran lainnya dengan cara melayani segmen akar rumput, yang artinya merupakan salah satu basis pelanggan terbaik. Amartha percaya, dengqn melayani segmen akar rumput turut mendukung ekonomi nasional, karena mereka merupakan salah satu tulang punggung ekonomi.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Non-Performing Financing (NPF) gross atau rasio pembiayaan macet pada fintech P2P lending per Oktober 2024 adalah 2,52%. Angka ini lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,82%.