Home | Saved News
(+) Save News



ASEAN–Inggris Dorong Ekonomi Kreatif Jadi Pilar Pertumbuhan dan Keberlanjutan Kawasan



ASEAN–Inggris Dorong Ekonomi Kreatif Jadi Pilar Pertumbuhan dan Keberlanjutan Kawasan

Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program ASEAN-UK Advancing Creative Economy resmi meluncurkan Jajak Pendapat Persepsi Regional tentang Ekonomi Kreatif ASEAN yang pertama.

Hasil survei tersebut menunjukkan tingginya optimisme publik terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di kawasan Asia Tenggara.

Direktur British Council Indonesia dan Asia Tenggara Summer Xia mengatakan bahwa ASEAN kini menjadi salah satu kawasan paling dinamis dan berkembang pesat dalam industri kreatif global.

“Di seluruh Asia, industri kreatif telah menyumbang lebih dari US$ 200 juta terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menciptakan lebih dari 15 juta lapangan kerja,” ujar Xia dalam peluncuran jajak pendapat di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Menurut Xia, tidak seperti sumber daya alam yang terbatas, kreativitas merupakan aset yang tidak akan pernah habis.

“Semakin besar investasi diberikan, semakin kuat pula daya cipta yang muncul,” tuturnya.

Ia pun mengajak seluruh pihak,  mulai dari pemerintah, pelaku industri, akademisi hingga media untuk berkolaborasi memastikan kreativitas menjadi pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan di ASEAN.

Lebih lanjut, Xia menegaskan bahwa kreativitas bukan hanya bagian dari seni, tetapi juga motor penggerak bagi inovasi, inklusi sosial, dan penciptaan peluang ekonomi baru.

Banyak pemerintah di kawasan ASEAN kini menjadikan ekonomi kreatif sebagai katalis pertumbuhan, pembuka lapangan kerja, sekaligus sarana memperkenalkan identitas budaya bangsa ke dunia.

Untuk memperkuat sektor ini, Inggris Raya dan ASEAN bekerja sama melalui berbagai studi dan survei guna memahami persepsi masyarakat terhadap peran ekonomi kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

“Hasil jajak pendapat ini memberi kita visi baru bagi pengembangan sektor kreatif di masa depan. Ini langkah penting untuk menempatkan kreativitas sebagai inti pembangunan berkelanjutan di kawasan,” tutur Xia.

Ia menambahkan, British Council terus memperluas kemitraan dengan pemerintah, pembuat kebijakan, dan pelaku industri kreatif agar tercipta ekosistem yang kondusif bagi talenta dan organisasi kreatif untuk berkembang.

“Di seluruh Asia Tenggara, kami telah mendukung pembangunan hub startup serta bermitra dalam berbagai inisiatif ekonomi kreatif,” ujarnya.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk ASEAN, Helen Fazey, menilai sektor ekonomi kreatif memiliki peran penting dalam memperkuat kohesi sosial antar-komunitas di kawasan.

Fazey menuturkan, pengalaman Inggris dalam mengembangkan ekonomi kreatif dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara ASEAN.

Di Inggris, industri kreatif mendukung hampir 2,5 juta lapangan kerja dan menyumbang sekitar £124 miliar terhadap perekonomian nasional.

“Kawasan Asia Tenggara kaya akan ide, talenta, dan keberagaman budaya. Kami percaya ASEAN memiliki potensi besar, dan kami berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengembangkannya,” ujar Fazey.

Melalui kemitraan ASEAN–Inggris, kedua pihak kini memperkuat kolaborasi di bidang kebudayaan, inovasi, dan ekonomi digital yang dinilai menjadi tiga sektor vital bagi pertumbuhan ekonomi masa depan kawasan.

Peluncuran jajak pendapat ini diinisiasi oleh Sekretariat ASEAN bersama negara-negara anggota melalui Senior Officials Responsible for Culture and Arts (SOMCA).

Survei tersebut memetakan persepsi publik dan kondisi industri di 10 negara anggota ASEAN serta Timor-Leste, mencakup aspek kesadaran, peluang, dan tantangan sektor kreatif.

Hasil survei menunjukkan bahwa 60% responden meyakini ekonomi kreatif tumbuh signifikan, sementara 43% menilai sektor ini memberi dampak positif terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, 54% responden menilai budaya dan kearifan lokal berperan penting dalam pembentukan produk dan layanan kreatif.

Namun, dari sisi publik, 53% menganggap tingginya biaya menjadi kendala utama dalam mengakses produk kreatif, dan 50% profesional menyoroti kurangnya koordinasi regional sebagai tantangan utama.

Sayangnya, hanya 47% responden publik yang merasa cukup mengenal istilah “ekonomi kreatif”, menunjukkan perlunya advokasi dan edukasi yang lebih luas agar pemahaman terhadap sektor ini semakin merata.

Berbekal temuan tersebut, negara-negara anggota ASEAN dan mitranya dapat merumuskan strategi yang lebih inklusif dan berkelanjutan guna memperkuat fondasi sektor kreatif di kawasan.

Sebagai tindak lanjut, ASEAN Creative Economy Sustainability Framework Companion Guide akan segera diterbitkan sebagai panduan praktis bagi pembuat kebijakan, pelaku kreatif, dan mitra industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang tangguh dan berdaya saing.





Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS