Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Hingga kuartal III-2025, KEK di seluruh Indonesia telah mencatat investasi kumulatif sebesar Rp 314 triliun.
Selain itu, sebanyak 237.000 lapangan kerja berhasil tercipta, dengan total 351 tenant kini beroperasi di 25 KEK yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK, Rizal Edwin Manansang, mengungkap bahwa China masih menjadi negara dengan porsi investasi terbesar di KEK Indonesia.
"China paling banyak. Tapi juga ada yang lain juga dari Belanda, dari Eropa, kemudian dari Korea, dari Jepang. Yang memang paling banyak memang dari China," ujar Edwin kepada awak media di Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Edwin menjelaskan bahwa minat investor di KEK masih didominasi sektor industri. Sejumlah subsektor yang paling banyak dimasuki antara lain petrokimia, industri baterai kendaraan listrik, hilirisasi mineral dan sawit, smelter tembaga, nikel dan alumina.
Ia mencontohkan bahwa sejumlah KEK kini sudah tidak lagi berada pada tahap pembangunan, melainkan telah aktif memproduksi dan bahkan mengekspor berbagai komoditas hilirisasi.
KEK Gresik, misalnya, telah menjadi pusat pengolahan produk smelter tembaga milik Freeport. Sementara itu, KEK Kendal berkembang cepat dengan fasilitas smelter nikel dan lini produksi baterai kendaraan listrik.
Dari 25 KEK yang beroperasi, KEK Gresik tercatat sebagai kawasan dengan nilai investasi terbesar. Edwin menyebutkan bahwa total akumulasi investasi di kawasan tersebut telah mencapai sekitar Rp 100 triliun.
"(KEK) Gresik yang paling tinggi investasinya. Itu sampai seratusan triliun. Akumulatifnya ya," pungkasnya.