Home | Saved News
(+) Save News



Defisit APBN 2025 Berpotensi di Bawah Target, Laju Pertumbuhan Ekonomi Terhambat



Defisit APBN 2025 Berpotensi di Bawah Target, Laju Pertumbuhan Ekonomi Terhambat

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) akhir 2025 diperkirakan hanya mencapai 2,29% dari produk domestik bruto (PDB).

Perkiraan defisit tersebut lebih rendah dari target awal defisit APBN 2025 sebesar 2,53% dari PDB, serta lebih rendah dari outlook defisit APBN yang diperkirakan Kementerian Keuangan sebesar 2,78% dari PDB.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan, defisit APBN diperkirakan lebih rendah dikarenakan dua faktor.

Pertama, yaitu penerimaan yang stagnan dan belanja pemerintah juga tersendat. Rizal melihat, dari sisi penerimaan, realisasi pajak masih di bawah ekspektasi terutama dari wajib pajak (WP) besar yang baru menyumbang Rp 8 triliun dari 200 pengemplang pajak. 

Realisasi yang masih minim tersebut dinilai menandakan efektivitas intensifikasi pajak belum signifikan.

“Jika melihat data fiskal terkini, maka proyeksi defisit APBN 2025 kemungkinan akan berada di bawah target resmi 2,29% dari PDB, atau sekitar Rp 580 triliun – Rp 600 triliun,” tutur Rizal kepada Kontan, Minggu (16/11/2025).

Kedua, dari sisi belanja transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) hingga 15 November baru mencapai Rp 630,03 triliun atau 71,23% dari target, serta pengembalian anggaran kementerian/lembaga (K/L) Rp 3,5 triliun, dinilai mendandakan fungsi fiskal sebagai mesin pertumbuhan ekonomi masih melemah.

Selain itu, Rizal juga melihat, hambatan birokrasi, pengadaan lambat, serta realokasi yang tidak segera terserap di daerah menyebabkan stimulus fiskal kehilangan momentum. 

Akibatnya, defisit memang berpotensi lebih rendah dari target menjadi bukan kabar baik, melainkan menjadi indikasi kontraksi fiskal terselubung yang bisa menahan laju PDB di bawah potensi.

“Jadi, defisit rendah bukan otomatis pertanda sehat, karena kualitas fiskalnya yang perlu dilihat. Defisit idealnya turun karena penerimaan meningkat dan belanja efektif, bukan karena dana tidak terserap,” jelasnya.

Secara keseluruhan, Rizal melihat di sepanjang 2025, pemerintah justru menahan ekspansi fiskal di tengah lemahnya permintaan domestik dan investasi.

Nah, apabila hingga Desember 2025 serapan belanja tetap di bawah 95%, efeknya bisa menekan pertumbuhan ekonomi kuartal IV di bawah 5%, sementara multiplier fiskal dari APBN tidak tercapai optimal.





Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS