Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kehutanan melaporkan bahwa kinerja ekspor produk hutan masih stagnan di angka US$ 12 miliar atau sekitar Rp 200 triliun sejak tahun 2023.
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Laksmi Wijayanti mengakui bahwa ekspor produk perhutanan ini masih terfokus pada kayu seperti kerajinan dari kayu maupun bubur kertas.
Untuk itu, kedepan Kemenhut ingin mendorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dari produk hutan.
"Kita ingin bahwa produk-produk dari hutan kita itu bukan hanya mengisi market internasional yang nilainya rendah, hanya semi bahan baku tapi juga sudah kemudian ke produk-produk premium," kata Laksmi dalam Penandatanganan MoU antara IFOC dan Ditjen PHL, di Hotel The Sultan, Selasa (25/11/2025).
Melalui hilirisasi, pemerintah berharap produk hutan bisa kembali memenuhi permintaan pasar global yang meningkat mencapai 3% di setiap tahun.
"Sehingga kalau kita ingin catch up dengan kebutuhan yang ada, market minimal seharusnya kita selalu tumbuh pertahun kalau bisa 2-3%," ujar Laksmi.
Selain itu, berbagai kerja sama internasional juga dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor kehutanan.
Laksmi mengatakan, pada Jumat (28/11/2025), Kemenhut akan menggelar pertemuan bilateral dengan otoritas Swedia. Menurutnya Swedia menjadi salah satu negara yang sektor hutannya menjadi penyumbang ekonomi terbesar di negaranya.
"Dan mereka ingin berbagi dengan kita transformasi bisnisnya disana. Jadi, beberapa hal yang akan direncanakan dilakukan itu pada hari Jumat adalah pertemuan dari tim bisnisnya, dari kalangan bisnis dari Swedia datang dan mungkin ketemu dengan dari kita," ungkapnya.