Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) terus memperkuat langkahnya dalam memborong proyek-proyek bernilai tinggi di dalam negeri, salah satunya sektor digital melalui pembangunan data center.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, menyebut saat ini lembaganya fokus pada lima sektor investasi strategis: Infrastruktur, Kesehatan, Digital, Energi Terbarukan, dan Advanced Material.
Investasi ini tidak hanya bertujuan mengejar keuntungan finansial, tetapi juga menutup kesenjangan teknologi dan industri di Indonesia.
Di sektor digital, INA tengah membangun data center terbesar di Indonesia yang berlokasi di Batam dengan kapasitas 72 Megawatt (MW). Proyek ini telah 100% diserap oleh hyperscaler global, Oracle, dan menggunakan chip NVIDIA Blackwell B1 yang dilarang masuk ke China.
“Ini adalah yang pertama di Asia. Kita memang kadang malu-malu ngomongnya, tapi ini terobosan besar,” ujar Ridha, Senin (17/11/2025) di Jakarta.
Dengan pembangunan ini, INA menyumbang porsi signifikan terhadap kapasitas total data center di Indonesia yang saat ini baru mencapai 250 MW.
Ridha menegaskan, INA juga berencana menambah belanja modal (Capex) dan melakukan ekspansi bisnis di Batam untuk bersaing dengan hub regional seperti Johor, Malaysia, dan Thailand.
Selain digital, INA juga memprioritaskan infrastruktur, kesehatan, energi terbarukan, dan material maju.
Di bidang kesehatan, INA menyoroti celah besar di produksi alat medis, sementara di energi terbarukan, lembaga ini menyiapkan proyek panel surya terbesar di Indonesia Timur serta investasi di pabrik LFP Katoda dan geothermal. Sektor material maju mencakup pengembangan lithium dan silikon.
Langkah INA ini menunjukkan komitmen untuk mendorong Indonesia menjadi pusat teknologi dan inovasi di kawasan Asia Tenggara, sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi dan kemandirian industri.