Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia Investment Authority (INA) memasang target investasi baru di tahun 2026 menembus US$ 1 miliar atau ekuivalen Rp 16 triliun.
Lembaga pengelola dana abadi milik negara ini akan fokus memperdalam lima sektor utama, dengan prioritas pada ekosistem baterai dan energi terbarukan.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, mengatakan target tersebut melanjutkan tren investasi yang telah dicapai dalam empat tahun terakhir, yang rata-rata mencapai kisaran US$ 1 miliar per tahun.
Ridha mengakui, laju investasi di awal tahun 2025 memang berjalan lambat karena adanya sejumlah penyesuaian (adjustment). Namun, ia memastikan INA tengah mengebut penutupan kesepakatan (closing deals) di sisa akhir tahun ini.
"Selama lima tahun terakhir, empat tahun terakhir ini rata-rata sekitar onebillion dollar ya, sekitar Rp 15 triliun - Rp 16 triliun investasinya. Tahun ini mungkin lebih dari tahun yang lalu, dan tahun depan mudah-mudahan lebih juga dari tahun ini. Tapi tahun ini memang agak slow di awal-awalnya. Tapi bulan November, Desember ini dikebut gitu," ujar Ridha di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Secara sektoral, Ridha menegaskan INA akan tetap fokus memperdalam lima sektor utama yang telah dicanangkan. "Kalau dari sektor kita akan tetap kayaknya yang lima ini akan kita perdalam.
Ada memang sektor-sektor yang menurut kita tuh biasanya oportunistik lah. Jadi oportunistik tuh kalau misalnya bagus, ya kita akan kembangkan," tegasnya.
Salah satu fokus utama yang akan digenjot adalah investasi di ekosistem baterai kendaraan listrik. Investasi terbesar INA saat ini, yakni di pabrik bahan baterai (litium ferrofosfat/LFP) di Kendal, akan diperluas.
"Itu (Kendal) mungkin kita akan kembangkan lagi, dan kita akan coba masuk ke tetangganya. Jadi bukan cuma katoda, tapi anoda, tapi juga separator gitu. Nah itu tuh hebat banget lah, karena bisa jadi yang terbesar di dunia, di luar China," ungkap Ridha.
Selain ekosistem baterai, lanjut Ridha, INA juga bersiap untuk kembali masuk ke sektor energi terbarukan (renewable energy).
Sementara itu, proyek lain yang akan segera terealisasi adalah pabrik plasma darah hasil kerja sama dengan SK Plasma dan PMI, yang pembangunan fisiknya ditargetkan rampung Desember 2025.
"Kita sudah kirim orang, lebih seratus orang kalau ngak salah, ke Korea untuk training, transfer of technology-nya. Mudah-mudahan sih mereka kembali udah bisa menjalankan dengan baik lah," tandasnya.
Lebih lanjut, Ridha menuturkan, INA saat ini fokus pada lima sektor investasi pertama di bidang infrastruktur, kesehatan, teknologi, energi baru terbarukan (renewable energy) dan advance material.
"Advanced material itu bisa masuk ke litium, bisa masuk ke pengembangan silikon," pungkasnya.