Home | Saved News
(+) Save News



OECD: Ekonomi Indonesia Stabil, tapi Investasi Mulai Tertahan



OECD: Ekonomi Indonesia Stabil, tapi Investasi Mulai Tertahan

Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menilai perekonomian Indonesia berada dalam posisi stabil, didukung konsumsi domestik yang kuat serta kinerja ekspor yang tetap solid. Namun, lembaga tersebut mencatat tanda-tanda meningkatnya kehati-hatian dari pelaku usaha, terutama dalam aktivitas investasi.

Kepala Desk Indonesia dan Filipina, Cyrille Schwellnus menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih ditopang oleh daya beli masyarakat yang resilien.

Konsumsi rumah tangga bertahan kuat, sementara konsumsi pemerintah kembali meningkat setelah sempat dipangkas pada paruh pertama tahun ini untuk membiayai proyek prioritas, termasuk program makan bergizi gratis (MBG) dan pembentukan Danantara. Namun di sisi lain, dunia usaha terlihat lebih berhati-hati.

"Kami melihat adanya kehati-hatian yang lebih besar dalam investasi. Jadi, investasi tetap stabil, tetapi pada kuartal ketiga terjadi penurunan persediaan yang cukup besar karena pelaku usaha menilai ulang kondisi pasar," ujar Schwellnus dalam media briefing, Rabu (3/12).

OECD menyebut inventory drawdown (pengurangan stok barang) yang besar ini sebagai sinyal bahwa pelaku usaha tengah merespons ketidakpastian dengan mengurangi stok dan memperlambat ekspansi.

Dengan kondisi tersebut, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% pada 2025 dan 2026, dengan sedikit peningkatan menjadi 5,1% pada 2027.

Di sisi lain, inflasi Indonesia dinilai masih terkendali. Inflasi November tercatat 2,7%, naik dibanding rata-rata 0,6% pada kuartal I akibat berakhirnya diskon tarif listrik, tetapi tetap dalam rentang aman.

Ia menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut guna mendukung aktivitas ekonomi, namun tetap perlu berhati-hati mengingat depresiasi nilai tukar belakangan ini.

"Kami melihat ruang bagi bank sentral untuk memberikan pelonggaran moneter tambahan guna mendukung aktivitas ekonomi, tetapi kami menyarankan agar bank sentral tetap bergantung pada data, terutama mengingat depresiasi nilai tukar baru-baru ini, untuk menjaga inflasi tetap berada dalam kisaran target," katanya.





Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS