Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren positif Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut hingga awal 2026.
Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai kenaikan PMI dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh kombinasi kinerja industri yang solid, permintaan akhir tahun, serta stimulus kebijakan pemerintah.
Berdasarkan laporan S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia pada November 2025 kembali menguat di zona ekspansi ke 53,3, mencerminkan ekspansi aktivitas industri di tengah perbaikan permintaan domestik maupun global.
Myrdal menjelaskan, sejumlah subsektor manufaktur mencatat performa kuat, mulai dari makanan-minuman, besi baja, farmasi, hingga industri berbasis hilirisasi yang terus menunjukkan tren pertumbuhan positif.
“Perkembangannya masih lumayan bagus dan ini terbawa sampai sekarang, apalagi akhir tahun biasanya ada kenaikan permintaan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (1/12/2025).
Selain faktor permintaan, kebijakan pemerintah turut memberi dorongan signifikan. Pemerintah dinilai aktif menciptakan iklim ekonomi yang lebih kondusif melalui perbaikan regulasi, pemberian stimulus bagi pelaku usaha, mulai dari sektor Hotel, Restaurant, dan Cafe (HoReCa) hingga industri makanan-minuman, serta program peningkatan kualitas tenaga kerja seperti magang.
Menurut Myrdal, langkah pemerintah memberantas barang ilegal, termasuk rokok ilegal, pakaian impor ilegal, serta produk bekas, juga membantu memperbaiki iklim produksi manufaktur domestik.
“Kalau barang ilegal diberantas, produksi manufaktur dalam negeri juga membaik performanya, termasuk memberantas peredaran rokok ilegal ataupun impor pakaian ilegal atau pakaian bekas. Saya rasa juga turut berpengaruh terhadap iklim usaha sektor manufaktur” katanya.
Ia menambahkan, kepastian kebijakan untuk tidak menaikkan tarif PPN, PPh, maupun tarif lain pada 2026, terutama bagi UMKM, menjadi sinyal positif bagi dunia usaha. Meski demikian, kebijakan kenaikan bea keluar untuk komoditas tertentu seperti batu bara dinilai masih wajar untuk menjaga keberlanjutan sumber daya.
Myrdal menegaskan bahwa pemulihan daya beli dan persepsi pelaku usaha sangat bergantung pada stabilitas iklim ekonomi. Dengan situasi global yang relatif stabil, termasuk tensi perang dagang yang tidak meningkat, ia optimistis PMI manufaktur Indonesia akan tetap berada di zona ekspansi.
“Kita harapkan angka PMI Manufacturing Index kita kuartal pertama tahun depan itu masih positif masih di atas 50,” ujarnya.