Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyoroti terjadinya penurunan persediaan (investory drawdowns) yang cukup besar pada kuartal III-2025.
Hal ini menjadi sinyal bahwa pelaku usaha di Indonesia mulai mengambil langkah lebih hati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kepala Desk Indonesia dan Filipina Cyrille Schwellnus menjelaskan, secara keseluruhan perekonomian Indonesia masih berada dalam kondisi stabil.
Konsumsi rumah tangga tetap tangguh, ekspor terjaga, dan belanja pemerintah kembali meningkat setelah sempat dipangkas pada paruh pertama tahun 2025 untuk membiayai proyek prioritas seperti program makan bergizi gratis (MBG) dan pembentukan Danantara.
Namun, Schwellnus menegaskan bahwa indikator investasi menunjukkan perubahan perilaku pelaku usaha.
Penurunan stok barang ini disebut sebagai langkah konservatif yang kerap dilakukan perusahaan ketika menghadapi ketidakpastian.
"Investasi tetap stabil, tetapi pada kuartal III terjadi penurunan persediaan yang cukup besar karena pelaku usaha menilai ulang kondisi pasar," ujar Schwellnus dalam media briefing, Rabu (3/12/2025).
OECD mempertahankan proyeksi pertumbuhan Indonesia di level 5% pada 2025 dan 2026, lalu sedikit naik menjadi 5,1% pada 2027.
Permintaan domestik yang kuat diperkirakan tetap menjadi mesin utama pertumbuhan.
Untuk menjaga daya saing dan memperkuat kepercayaan investor, ia menekankan pentingnya mempercepat dua reformasi utama.
Pertama, liberalisasi investasi, terutama dengan membuka sisa hambatan kepemilikan asing di telekomunikasi dan transportasi.
"Ini akan meningkatkan persaingan, mendorong inovasi, dan mempercepat modernisasi ekonomi," katanya.
Kedua, peningkatan efisiensi belanja publik, termasuk penargetan lebih efektif pada program makan bergizi gratis agar lebih tepat sasaran pada kelompok rentan.