17 September 2025 | 20.29 WIB
KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat kapasitas listrik panas bumi (PLTP) terpasang di Indonesia telah mencapai 2,71 gigawatt (GW). Angka ini meningkat dari total kapasitas pada tahun 2024 yang sebear 2,6 GW.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan capaian tersebut terwujud seiring dengan percepatan izin pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi. “Jika sebelumnya izin membutuhkan waktu hingga 1,5 tahun, kini bisa diproses hanya dalam 7 hari melalui sistem online single submission,” kata Eniya dalam acara Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition di JCC Senayan, Jakarta, Rabu, 17 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Eniya mengatakan, sejak program percepatan perizinan tersebut dimulai, sudah sudah ada dua proyek PLTP yang izinnya dikeluarkan dalam waktu tujuh hari. Kedua proyek tersebut berada di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat dan di Nage, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), pemerintah menargetkan tambahan kapasitas panas bumi hingga 5,2 GW dalam 10 tahun mendatang. Saat ini, Eniya melanjutkan, Indonesia menempati posisi kedua dunia dalam pemanfaatan panas bumi setelah Amerika Serikat yang memiliki kapasitas 3,6 GW. “Kami menargetkan dalam lima tahun ke depan ada tambahan 1 GW agar Indonesia bisa melompat ke posisi pertama,” kata Eniya.
Ia mengkalim sejumlah proyek terbaru sudah menambah kapasitas listrik 350 megawatt (MW) dengan nilai investasi US$2 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.533 orang. Langkah ini, kata dia, menjadi bagian dari realisasi target green jobs sebanyak 780 ribu tenaga kerja sebagaimana tercantum dalam RUPTL.
Selain menambah pasokan listrik, kata Eniya, pemanfaatan panas bumi juga berkontribusi terhadap keuangan daerah melalui skema bonus produksi. Sebagai contoh, PLTP Ijen menyumbang tambahan 45 MW sekaligus Rp1,5 miliar untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Dalam 10 tahun terakhir, total alokasi bonus produksi ke daerah penghasil panas bumi telah melampaui Rp1 triliun,” kata dia.
Tahun ini, Kementerian ESDM akan meluncurkan lelang panas bumi pertama yang dilakukan secara daring melalui platform Genesis. Melalui sistem ini, pengusaha lokal dan UMKM sekitar lokasi bisa ikut serta sebagai penyedia jasa pendukung, mulai dari tenaga keamanan, katering dan layanan lainnya.
Eniya menjelaskan, platform tersebut juga dirancang untuk memperkuat penggunaan komponen lokal. Tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di sektor panas bumi kini telah mencapai sekitar 50 persen, baik untuk peralatan maupun jasa.
Tak hanya untuk listrik, Eniya mendorong pemanfaatan panas bumi di sektor pertanian. Salah satu contohnya adalah penggunaan uap panas bumi untuk mengeringkan hasil panen kopi dan melon yang mulai diterapkan di sejumlah daerah. “Dengan potensi yang besar, Indonesia bukan hanya bisa menjadi pemimpin panas bumi dunia, tetapi juga pusat pembelajaran bagi negara lain,” ujarnya.
Pilihan editor: Antisipasi Dampak Bencana Lewat Asuransi Parametrik