Home | Saved News
(+) Save News

Kredit Perbankan Rp 2.372,11 Triliun Nganggur. BI: Pengusaha Wait and See

Rasio kredit perbankan menganggur terbesar terutama pada sektor industri, pertambangan, jasa dunia usaha, dan perdagangan.

17 September 2025 | 18.52 WIB


Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur secara daring, 17 September 2025. Youtube
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur secara daring, 17 September 2025. Youtube

BANK Indonesia mencatat ada dana kredit perbankan yang menganggur atau undisbursed loan sebesar Rp 2.372,11 triliun pada Agustus 2025. Jumlah itu setara 22,71 persen dari plafon kredit yang tersedia di perbankan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kondisi ini terjadi lantaran pelaku usaha masih wait and see karena suku bunga kredit masih tinggi. Karena itu, pelaku usaha memilih memanfaatkan dana internal untuk membiayai bisnis.

“Perkembangan ini mengakibatkan fasilitas pinjaman yang belum dicairkan masih cukup besar,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada Rabu, 17 September 2025. 

Menurut Perry, rasio undisbursed loan terbesar terutama pada sektor industri, pertambangan, jasa dunia usaha, dan perdagangan, dengan jenis kredit modal kerja. 

Catatan BI ini mengemuka di tengah kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mengguyur dana Rp 200 triliun ke lima bank milik negara. Purbaya meminta duit itu bisa menambah likuiditas sekaligus mengalir menjadi kredit agar menghidupkan mesin ekonomi. Namun data kredit yang menganggur membuktikan bahwa likuiditas perbankan tersedia. Hanya kredit tersebut tidak mengucur ke korporasi ataupun konsumen.

Perry mengatakan pertumbuhan kredit perbankan perlu terus didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Per Agustus 2025, pertumbuhan kredit tercatat di posisi 7,56 persen dari 7,03 persen pada bulan sebelumnya.

Dari sisi permintaan, Perry mengatakan belum kuatnya perkembangan kredit dipengaruhi oleh sikap menunggu pelaku usaha. “Pertumbuhan kredit perbankan perlu terus didorong,” katanya. 

Dari sisi penawaran, Perry menambahkan, kenaikan kredit didukung oleh longgarnya likuiditas perbankan sebagaimana tercermin dari tingginya Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga sebesar 27,25 persen pada Agustus 2025 sejalan dengan ekspansi likuiditas moneter dan KLM Bank Indonesia, serta minat penyaluran kredit perbankan yang membaik sebagaimana tecermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement).

Namun demikian, tingginya suku bunga kredit masih menjadi salah satu faktor penahan peningkatan kredit atau pembiayaan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. “Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan KSSK untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan,” kata Perry. 

Secara keseluruhan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berada dalam kisaran 8-11 persen. 

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada semester II atau hingga akhir 2025 di kisaran 4,6-5,4 persen. BI mengatakan pertumbuhan ekonomi pada sisa akhir tahun ini bisa meningkat karena belanja pemerintah. 

Perry  optimistis pertumbuhan ekonomi pada semester II membaik. “Dengan penguatan sinergi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah tersebut, pertumbuhan ekonomi semester II 2025 diperkirakan membaik sehingga secara keseluruhan akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6–5,4 persen,” kata Perry. 

Pada semester II 2025, Perry menuturkan, ada indikator bahwa konsumsi rumah tangga masih lemah. Kondisi ini dipengaruhi oleh menurunnya ekspektasi konsumen, khususnya kelompok menengah ke bawah dan terbatasnya lapangan pekerjaan.

Pilihan Editor: Berharap Kredit Perbankan Turun  

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca


Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS