Home | Saved News
(+) Save News

Rupiah Ditutup Menguat Tipis Setelah Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga

Nilai tukar rupiah sore ini ditutup pada level Rp 16.437 per US$.

17 September 2025 | 18.35 WIB


Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

MATA uang rupiah menguat tipis 3 poin dalam penutupan perdagangan hari ini Rabu, 17 September 2025. Nilai tukar rupiah sore ini ditutup pada level 16.437 per dolar Amerika Serikat. Pada penutupan perdagangan sebelumnya, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat di level 16.440.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.390 hingga Rp 16.440," kata analis komoditas dan mata uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis rutinnya pada Rabu.

Ia mengatakan sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 5 persen. Sebab ada tekanan pada rupiah akibat gejolak politik dalam negeri setelah demonstrasi besar pada akhir Agustus 2025 dan reshuffle kabinet, terutama pergantian menteri keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa. Selain itu ada ketidakpastian pasar global, dan dampak kebijakan tarif Trump.

"Namun, di luar dugaan, BI kembali memangkas suku bunga acuan pada September 2025, BI rate turun 25 bps (basis poin) menjadi 4,75 persen," ujar Ibrahim. 

Sementara itu, suku bunga deposit facility juga turun sebesar 50 bps menjadi 3,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Sejak awal tahun, BI telah memangkas suku bunga acuan sebanyak empat kali. Suku bunga dipangkas masing-masing 25 bps pada Januari, Mei, dan Juli, dan Agustus, dari posisi 6 persen pada Desember 2024 menjadi 5 persen saat ini.

"Alasan BI menurunkan suku bunga acuan dan suku bunga kredit untuk membantu pemerintah dalam mengucurkan dana Rp 200 triliun yang tersimpan di BI ke Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk di salurkan ke perusahaan-perusahaan yang mempunyai projek berupa kredit," kata Ibrahim.

Dari sisi eksternal, Ibrahim mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi oleh meningkatnya keyakinan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan memangkas suku bunga. Pasar memproyeksikan The Fed akan memangkas setidaknya 25 basis poin pada Rabu waktu setempat, terutama di tengah meningkatnya tanda-tanda pasar tenaga kerja yang dingin. 

Ibrahim mengatakan beberapa pedagang juga mengharapkan pemangkasan yang lebih besar sebesar 50 basis poin. Selain penurunan suku bunga, kata dia, investor akan mencermati proyeksi ekonomi terbaru The Fed. Setelah itu, pasar akan mencermati pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi persnya. 

"Namun, pasar masih belum yakin tentang sinyal yang akan diberikan The Fed terkait dengan pelonggaran moneter di masa mendatang, terutama mengingat data ekonomi terbaru juga menunjukkan inflasi AS tetap stagnan," tutur Ibrahim. 

Menurut dia, Jerome Powell telah berulang kali menekankan kehati-hatian atas dampak inflasi dari tarif perdagangan AS yang lebih tinggi. Pada gilirannya, hal tersebut dapat menunda penurunan suku bunga di masa mendatang.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca


Source Berita


© 2024 - DotNet HTML News - Using AngleSharp and .NET 8.0 LTS